Setiap yang mahu menapaki jalan-jalan syurga harus mengerti dan dapat
membezakan antara jalan-jalan syurga dengan jalan-jalan
setan / syaitan yang dapat
menjerumuskan seorang hamba ke dalam Jahannam. Wal’iyaadzu billah…
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- mengingatkan kita bahawa syaitan adalah musuh yang
selalu berusaha mencelakakan kita sebagai musuhnya. Dia memiliki banyak macam
cara dan tipu muslihat dalam hal itu. Karenanya, Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang
kita agar jangan mengikuti jalan-jalan syaitan sehingga kita tidak masuk dalam
perangkap dan tipudayanya.
Allah Ta’ala
berfirman,
وَلَا
تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Dan janganlah kamu turut langkah-langkah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. [Surah
Al-Baqarah : ayat 208]
Al-Imam
Al-Hafizh Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata:
“Maksudnya, amalkanlah segala ketaatan dan jauhilah segala yang
diperintahkan oleh syaitan. Karena, syaitan itu hanyalah memerintah kamu berbuat
jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui”. [Surah Al-Baqarah: ayat 169]
Para pembaca yang budiman, syaitan
tidak memiliki jalan pada diri manusia, kecuali dari tiga arah.
Dari jalan inilah syaitan mampu menguasai manusia di dunia dan mencelakakannya.
Jalan-jalan ini perlu kita waspadai agar kita tidak menjadi orang-orang yang
merugi.
Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jawziyyah -rahimahullah- berkata:
“Setiap orang yang memiliki hati mengetahui bahawa tidak ada jalan bagi
syaitan atas dirinya, kecuali dari tiga arah. Pertama: sikap berlebihan dan boros sehingga ia pun
melebihi hajatnya. Nah, hajat yang berlebihan itulah bagian syaitan dan pintu masuk
menuju hati. Sedangkan jalan untuk selamat darinya, memberikan jiwa ini
keinginannya secara sempurna berupa makanan, tidur, kelazatan, dan
kelapangan. Bila saja anda menutup pintu ini, maka tercapailah keamanan dari
masuknya musuh dari pintu itu. Kedua:
Kelalaian. Karena orang yang berdzikir berada dalam benteng dzikir. Bila saja
ia lalai, maka terbukalah pintu benteng (kubu pertahanan). Akhirnya, musuh akan masuk. Akibatnya,
susah baginya untuk mengeluarkan si musuh itu. Ketiga: Memaksakan diri dalam melakukan sesuatu yang
tidak penting baginya”. [Lihat Fawa'id Al-Fawa'id (hal. 269), cet. Dar Ibn
Al-Jawziy, 1423 H]
Pintu dan jalan pertama adalah sikap boros
dan berlebihan. Allah memerintahkan untuk menutup pintu ini dalam firman-Nya:
يَا
بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا
تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِين
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang
indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan”. [Surah Al-A’raaf : ayat 31]
Jadi, janganlah melampaui batas yang diperlukan oleh tubuh
dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.
Pintu kedua, sikap lalai dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kelalaian ini muncul
akibat pengaruh syaitan yang selalu memalingkan dirinya dari dzikrullah
(mengingat Allah). Tujuan kita disini untuk menjelaskan bahawa Allah Subhanahu wa Ta'ala sungguh telah memberikan pertolongan kepada hamba di dalam kehidupan
dunia dengan adanya tentara-tentara, bantuan, senjata, perisai dan segala yang
diperlukan oleh hamba dalam menghadapi setan sebagai musuhnya, sehingga ia
dapat menjaga dirinya dari musuh dan tahu caranya melepaskan diri bila ia
ditawan. [Lihat Al-Wabil Ash-Shoyyib (hal. 24)]
Nabi Yahya bin
Zakariyya 'alaihish sholatu was salam bersabda:
وأمركم
أن تذكروا الله تعالى فإن مثل ذلك كمثل رجل خرج العدو في أثره سراعا حتى إذا أتى
على حصن حصين فأحرز نفسه منهم كذلك العبد لا يحرز نفسه من الشيطان إلا بذكر الله
تعالى
“Allah memerintahkan kamu untuk mengingat Allah Ta’ala.. Karena,
perumpamaan dzikrullah (mengingat Allah) seperti perumpamaan seseorang yang
musuh keluar mengekorinya di belakangnya dengan cepat sampai bila ia mendatangi
benteng / kubu pertahanan yang kukuh, maka ia pun
membentengi dirinya dari para musuh. Demikian pula seorang hamba, ia tidaklah
melindungi dirinya dari syaitan, kecuali dengan dzikrullah Ta’ala ”.
[Hadits Riwayat At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (no. 2864). Hadits ini di-shohih-kan
oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (no. 3694)]
Jalan dan pintu ketiga
adalah seseorang memaksakan diri dalam melakukan
sesuatu yang tidak penting baginya. Jika seseorang mahu mendapatkan
kebahagiaan dan bebas dari jerat syaitan,
maka hendaknya ia melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi akhiratnya, atau
paling minima sesuatu yang bermanfaat bagi dunianya berupa perkara yang halal
dalam agama.
Sebaliknya jika ia melakukan sesuatu yang tidak
bermanfaat bagi dunianya, apalagi akhiratnya, maka inilah yang membantu
syaitan dalam menjauhkan dirinya dari jalan-jalan syurga. Dia pun sibuk dengan
perkara-perkara yang kurang bermanfaat, bahkan terkadang merugikan akhiratnya
jika ia sering melakukannya.