Isnin, 17 Jun 2019

Jalan-Jalan Syaitan

Setiap yang mahu menapaki jalan-jalan syurga harus mengerti dan dapat membezakan antara jalan-jalan syurga dengan jalan-jalan setan / syaitan yang dapat menjerumuskan seorang hamba ke dalam Jahannam. Wal’iyaadzu billah…
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- mengingatkan kita bahawa syaitan adalah musuh yang selalu berusaha mencelakakan kita sebagai musuhnya. Dia memiliki banyak macam cara dan tipu muslihat dalam hal itu. Karenanya, Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang kita agar jangan mengikuti jalan-jalan syaitan sehingga kita tidak masuk dalam perangkap dan tipudayanya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ 
Dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. [Surah Al-Baqarah : ayat 208]
Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata:
“Maksudnya, amalkanlah segala ketaatan dan jauhilah segala yang diperintahkan oleh syaitan. Karena, syaitan itu hanyalah memerintah kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui”. [Surah Al-Baqarah: ayat 169]
Para pembaca yang budiman, syaitan tidak memiliki jalan pada diri manusia, kecuali dari tiga arah. Dari jalan inilah syaitan mampu menguasai manusia di dunia dan mencelakakannya. Jalan-jalan ini perlu kita waspadai agar kita tidak menjadi orang-orang yang merugi.
Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jawziyyah -rahimahullah- berkata:
“Setiap orang yang memiliki hati mengetahui bahawa tidak ada jalan bagi syaitan atas dirinya, kecuali dari tiga arah. Pertama: sikap berlebihan dan boros sehingga ia pun melebihi hajatnya. Nah, hajat yang berlebihan itulah bagian syaitan dan pintu masuk menuju hati. Sedangkan jalan untuk selamat darinya, memberikan jiwa ini keinginannya secara sempurna berupa makanan, tidur, kelazatan,  dan kelapangan. Bila saja anda menutup pintu ini, maka tercapailah keamanan dari masuknya musuh dari pintu itu. Kedua: Kelalaian. Karena orang yang berdzikir berada dalam benteng dzikir. Bila saja ia lalai, maka terbukalah pintu benteng (kubu pertahanan). Akhirnya, musuh akan masuk. Akibatnya, susah baginya untuk mengeluarkan si musuh itu. Ketiga: Memaksakan diri dalam melakukan sesuatu yang tidak penting baginya”. [Lihat Fawa'id Al-Fawa'id (hal. 269), cet. Dar Ibn Al-Jawziy, 1423 H]
Pintu dan jalan pertama adalah sikap boros dan berlebihan. Allah memerintahkan untuk menutup pintu ini dalam firman-Nya:
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِين
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [Surah Al-A’raaf : ayat 31]
 Jadi, janganlah melampaui batas yang diperlukan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.
Pintu kedua, sikap lalai dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kelalaian ini muncul akibat pengaruh syaitan yang selalu memalingkan dirinya dari dzikrullah (mengingat Allah). Tujuan kita disini untuk menjelaskan bahawa Allah Subhanahu wa Ta'ala sungguh telah memberikan pertolongan kepada hamba di dalam kehidupan dunia dengan adanya tentara-tentara, bantuan, senjata, perisai dan segala yang diperlukan oleh hamba dalam menghadapi setan sebagai musuhnya, sehingga ia dapat menjaga dirinya dari musuh dan tahu caranya melepaskan diri bila ia ditawan. [Lihat Al-Wabil Ash-Shoyyib (hal. 24)]
Nabi Yahya bin Zakariyya 'alaihish sholatu was salam bersabda:
وأمركم أن تذكروا الله تعالى فإن مثل ذلك كمثل رجل خرج العدو في أثره سراعا حتى إذا أتى على حصن حصين فأحرز نفسه منهم كذلك العبد لا يحرز نفسه من الشيطان إلا بذكر الله تعالى
Allah memerintahkan kamu untuk mengingat Allah Ta’ala.. Karena, perumpamaan dzikrullah (mengingat Allah) seperti perumpamaan seseorang yang musuh keluar mengekorinya di belakangnya dengan cepat sampai bila ia mendatangi benteng / kubu pertahanan yang kukuh, maka ia pun membentengi dirinya dari para musuh. Demikian pula seorang hamba, ia tidaklah melindungi dirinya  dari syaitan, kecuali dengan dzikrullah Ta’ala ”. [Hadits Riwayat At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (no. 2864). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (no. 3694)]
Jalan dan pintu ketiga adalah seseorang memaksakan diri dalam melakukan sesuatu yang tidak penting baginya. Jika seseorang mahu mendapatkan kebahagiaan dan bebas dari jerat syaitan, maka hendaknya ia melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi akhiratnya, atau paling minima sesuatu yang bermanfaat bagi dunianya berupa perkara yang halal dalam agama.
Sebaliknya jika ia melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dunianya, apalagi akhiratnya, maka inilah yang membantu syaitan dalam menjauhkan dirinya dari jalan-jalan syurga. Dia pun sibuk dengan perkara-perkara yang kurang bermanfaat, bahkan terkadang merugikan akhiratnya jika ia sering melakukannya.

Sekian.