Termasuk di antara pokok akidah Islam yang paling agung adalah
al-khauf (rasa takut) dan ar-raja’ (rasa penuh harap). Seorang mukmin, dia
takut (khauf) terhadap ancaman, azab dan hukuman dari Allah ta’ala. Namun di
sisi lain, dia juga mengharapkan (raja’) kemurahan rahmat, kasih sayang dan
ampunan Allah Ta’ala. Dua hal ini haruslah digabungkan secara seimbang dan
tidak boleh hanya menonjolkan salah satunya. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala
ketika menceritakan para nabi-Nya:
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا
رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami
dengan HARAP dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang KHUSYUK kepada
Kami.” [Surah Al-Anbiya’ ayat 90]
Yang dimaksud dengan رغبا
adalah rasa penuh HARAP (ar-raja’).
Sedangkan yang dimaksud dengan رهبا adalah rasa
TAKUT (al-khauf).
Allah Ta’ala juga berfirman,
أُولَئِكَ
الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ
وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ
مَحْذُورًا
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan
kepada Tuhan mereka, siapakah di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah)
dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu
adalah suatu yang (harus) ditakuti.” [Surah Al-Israa’ ayat 57]
Allah Ta’ala berfirman,
أَمَّنْ هُوَ
قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو
رَحْمَةَ رَبِّهِ
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia TAKUT
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan RAHMAT Tuhannya?” [Surah Az-Zumar ayat
9]
Kedua hal ini (al-khauf dan ar-raja’) haruslah disertai dengan rasa
CINTA kepada Allah Ta’ala (al-mahabbah). Oleh karena itu, seorang mukmin harus
menggabungkan tiga hal ini: mencintai Allah Ta’ala, takut terhadap azab dan
siksaan Allah Ta’ala dan mengharapkan kasih sayang, rahmat, pahala dan ampunan
Allah Ta’ala.
Pemahaman dan Akidah yang Menyimpang.
Seseorang tidak boleh beribadah kepada Allah Ta’ala hanya
semata-mata karena rasa cinta, karena ini adalah ibadah kaum sufi. Mereka tidak
beribadah kepada Allah Ta’ala karena rasa takut dan berharap pahala. Mereka
berkata, “Aku tidaklah beribadah kepada Allah Ta’ala karena mengharapkan syurga,
bukan pula karena takut neraka. Akan tetapi, aku beribadah karena semata-mata
mencintai Allah.”
Ini adalah keyakinan yang TIDAK benar.
Bagaimana mungkin sikap semacam ini kita benarkan, sedangkan
manusia yang paling bertakwa kepada Allah Ta’ala, yaitu Rasulullah shallallahualaihiwasallam
BERDOA,
اللَّهُمَّ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ
“Ya Allah Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia
dan kebaikan di akhirat, dan jauhkan kami dari siksa neraka.” [Hadith Riwayat
Bukhari no. 4522]
Adapun orang-orang yang beribadah kepada Allah Ta’ala hanya karena
rasa TAKUT, mereka adalah orang-orang KHAWARIJ. Orang-orang khawarij hanya
menonjolkan sisi al-khauf saja. Oleh karena itu, mereka menghukum KAFIR kepada orang-orang
yang berbuat dosa atau maksiat, meskipun perbuatan tersebut tidak termasuk
dalam perbuatan kekafiran atau kemusyrikan (syirik akbar). Padahal, orang-orang
yang berbuat dosa dan belum bertaubat sebelum meninggal dunia, ada kemungkinan
diampuni oleh Allah Ta’ala, selama dosa tersebut tidak termasuk dalam perbuatan
kekafiran.
Adapun orang-orang yang beribadah kepada Allah Ta’ala hanya karena
rasa HARAP (ar-raja’) saja, mereka adalah kaum MURJI’AH. Mereka meremehkan dan
menghilangkan (meniadakan) rasa TAKUT kepada Allah Ta’ala. Oleh karena itu,
orang-orang murji’ah menganggap sama saja antara orang-orang mukmin dengan
pelaku dosa besar. Bagi mereka, dosa besar tidaklah membahayakan atau
mengurangi keimanan mereka, karena hanya menonjolkan rasa harap akan ampunan
dari Allah Ta’ala dan tidak memiliki rasa TAKUT terhadap siksa dan ancaman-Nya.
IBADAH AHLI TAUHID
Adapun ahli tauhid yang berpegang teguh dengan akidah ahlus sunnah,
mereka menggabungkan ketiga hal ini: al-mahabbah, al-khauf dan ar-raja’.
Namun, rasa TAKUT (al-khauf) tidak boleh menyebabkan seseorang
berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah Ta’ala. Selama dia bertaubat dengan
benar dari dosa-dosanya, maka dia YAKIN bahawa Allah Ta’ala akan mengampuni
dosa-dosanya.
Hal ini karena berputus asa dari RAHMAT dan AMPUNAN Allah Ta’ala
termasuk dalam perbuatan kekafiran. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّهُ لَا
يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
“Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, melainkan
kaum yang KAFIR.” [Surah Yusuf ayat 87]
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berkata,
وَمَنْ
يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ
“Tidak ada yang orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali
orang-orang yang SESAT” [Surah Al-Hijr ayat 56]
Demikian pula, seseorang yang berharap kepada Allah Ta’ala, tidak
boleh disertai dengan merasa aman dari azab Allah Ta’ala dan menghilangkan rasa
takut. Allah Ta’ala berfirman,
أَفَأَمِنُوا
مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak
terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang
yang MERUGI.” [Surah Al-A’raf ayat 99]
Oleh karena itu, para ulama berkata, “Merupakan kewajiban bagi
seorang hamba untuk berada di antara al-khauf dan ar-raja’. Mereka
menyeimbangkan keduanya, bagaikan sayap seekor burung. Sayap seekor burung itu
seimbang (antara kanan dan kiri), jika hilang salah satunya, dia akan jatuh.
Demikian pula keadaan orang-orang yang beriman yang berada di antara AL-KHAUF
dan AR-RAJA’, sebagaimana sepasang sayap seekor burung.”
Wallahu a’lam.
Oleh: Muhammad Saifudin Hakim.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.